Panitia Tokyo 2020: Medali Emas Tidak Bisa Dimakan

Greysia Polii & Apriyani Rahayu (Foto: BADMINTONPHOTO/Yves Lacroix)
Greysia Polii & Apriyani Rahayu (Foto: BADMINTONPHOTO/Yves Lacroix)
Internasional ‐ Created by EL

Jakarta | Masih seputar Olimpiade Tokyo 2020. Masih juga seputar "peringatan" jenaka yang dilontarkan pihak penyelenggara perhelatan multi-cabang tersebut, mengenai tradisi menggigit medali emas yang kerap dilakukan para olimpian. Ini adalah pose "langganan" yang ditunjukkan atlet-atlet di atas podium, atau atas permintaan para pewarta foto yang ada di hadapan mereka, usai seremonial penyerahan medali.

"#Tokyo2020 sekali lagi mengklarifikasi bahwa medali emas tidak bisa dimakan...," demikian kelakar panitia Tokyo 2020, Kamis (5/8), yang diunggah ke akun resmi Twitter mereka, @Tokyo2020.

Cuitan serupa juga pernah diunggah pada akhir Juni lalu. Panitia Tokyo 2020 seolah gemas dengan pose ikonik para atlet menggigit medali yang dikalungkan di leher mereka. "Kami hanya ingin menyampaikan secara resmi bahwa medali #Tokyo2020 tidak bisa dimakan! Medali kami dibuat dari bahan daur ulang perangkat elektronik yang didonasikan oleh publik Jepang."

"Jadi, Anda tidak perlu menggigitnya... Namun kami tahu Anda tetap akan melakukannya #UnitedByEmotion," panitia Tokyo 2020, menambahkan.

Aksi gigit medali emas Olimpiade tak hanya dilakukan para atlet peserta pesta olahraga dunia tersebut. Wali Kota Nagoya Takashi Kawamura sempat berpose mengigit medali emas tim sofbol Jepang pada Tokyo 2020, ketika digelar acara perayaan kemenangan tim sofbol kebanggaan negara itu.

Aksi sang wali kota justru memunculkan protes di ranah maya. Warganet menyerbu sang walikota di media sosial. "Ungkapan bahwa Kawamura telah mengubah medali emas Goto menjadi medali kuman menjadi trending topic. Kata 'kuman' dan 'emas', dalam bahasa Jepang memiliki ucapan yang sama. Ada pula yang menyerukan agar Goto mendapatkan pengganti medali," lapor Kompas, Kamis (5/8).

Atas tindakan menabrak protokol kesehatan itu, ia menyesal dan meminta maaf.

Sekadar informasi, penggunaan bahan daur ulang untuk pembuatan medali Olimpade telah dilakukan sejak Rio de Janeiro 2016. Kala itu, suku cadang mobil dan permukaan cermin adalah bahan baku pembuatan medali emas dan perak.

Pada sebuah artikel bertajuk "'Mottainai' dan Inovasi Medali dari Bahan Daur Ulang" di Kompas, pada Tokyo 2020, bahan daur ulang medali bukan hanya sekadar materi  pelengkap. Bahan medali emas, perak, maupun perunggu, 100 persen berasal dari daur ulang perangkat elektronik rakyat Jepang, terutama telepon seluler cerdas dan laptop.

"Untuk mengumpulkan jutaan perangkat elektronik bekas, panitia penyelnggara Olimpiade 2020 melakukan 'Proyek Medali Tokyo 2020' yang dimulai pada April 2017 hingga Maret 2019. Semangat filosofi 'Mottainai' yang telah menjadi prinsip hidup warga Jepang menjadi akar dari dimulainya proyek ini. Masyarakat 'Negeri Matahari Terbit' membuktikan diri bahwa mereka lebih senang menyumbangkan perangkat elektronik bekasnya untuk sesuatu yang lebih bermanfaat dibandingkan hanya menjadi limbah," demikian dituliskan media harian tersebut.