Kedua pasangan asal China tersebut difavoritkan meraih emas Tokyo 2020. Namun, kekalahan tak terduga terjadi di final. Perbincangan mengenai kekalahan tersebut kerap muncul ke permukaan dalam tiga tahun terakhir. Oleh karenanya, sebelum bertolak ke Paris, hanya keping emas yang menjadi target dua pasangan nomor satu dunia ini.
Mengutip laman Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), Kamis (8/8), di babak-babak awal penyisihan grup, Zheng tak ragu mengumumkan niatnya untuk hanya merebut medali emas. Zheng paham betul, panggung Olimpiade memiliki atmosfer yang berbeda. Begitu pun beban yang mesti ditanggung mereka sangat besar, terlebih dengan label "difavoritkan".
Tekad kuat Zheng/Huang untuk merebut podium teratas ditunjukkan sejak hari pertama. Mereka menyapu bersih semua pertandingan di fase grup tanpa kehilangan satu gim pun. Ganda campuran nomor satu dunia itu hanya "kecolongan" satu game point saat bertemu dengan wakil tuan rumah Thom Gicquel/Delphine Delrue.
Tren kemenangan straight games terus berlanjut ketika mereka mengalahkan sejumlah lawan yang tak kalah hebatnya, yaitu Feng Yan Zhe/Huang Dong Ping (China), Yuta Watanabe/Arisa Higashino (Jepang), serta Kim Won Ho/Jeong Na Eun (Korea Selatan).
"Kami telah menantikan pencapaian ini selama bertahun-tahun dan sekarang adalah hari yang mengubah mimpi kami menjadi kenyataan," kata Zheng melalui laman BWF.
"Di Olimpiade terakhir (Tokyo 2020), kami kalah di final. Sebelum kami datang ke sini, satu-satunya tujuan kami adalah medali emas, jadi sekarang kami sangat senang karena telah mencapainya," jelas pebulu tangkis kelahiran Wenzhou, Zhejiang, China, pada 26 Februari 1997 ini.
Sementara, bagi Chen/Jia, kekalahan di final Tokyo 2020 dari Greysia Polii/Apriyani Rahayu (Indonesia), tak mengendurkn semangat mereka dalam perburuan medali emas Olimpiade. Hampir serupa dengan Zheng/Huang, perjalanan Chen/Jia pada Paris 2024 juga didominasi dengan kemenangan dua gim langsung.
Mereka mendapat perlawanan sengit ketika berhadapan dengan Pearly Tan/Thinaah Muralitharan di semifinal. Dalam tempo 78 menit, Chen/Jia mampu merebut tiket final berkat kemenangan rubber game 21-12, 18-21, 21-15 atas ganda putri Malaysia tersebut. Perlawanan tak kalah hebatnya juga mereka dapat kala bersua pasangan senegara, Liu Sheng Shu/Tan Ning.
Perburuan keping emas Olimpiade pun berakhir, khalas! Chen/Jia menang 22-20, 21-15 setelah bertarung selama 58 menit dengan junior mereka tersebut. "Saat kami tertinggal 16-20, saya merasa agak tegang. Lalu, tiba-tiba ketegangan itu hilang, saya tidak bisa menjelaskannya, rasanya tidak nyata," tutur Chen, 27 tahun.
Sementara, bagi Jia, pencapaian medali emas pada Paris 2024 terasa seperti obat manjur setelah dirawat di rumah sakit karena pneumonia, satu bulan sebelum terbang ke Paris. "Sungguh sulit dipercaya. Sebulan yang lalu saya dirawat di rumah sakit karena pneumonia," ungkap Jia.
"Penyakit itu menimbulkan banyak ketakutan bagi saya begitu pun para kolega saya. Ini merupakan periode yang luar biasa, menderita pneumonia dan demam tinggi selama empat hari tanpa kunjung membaik. Selama seminggu dirawat di rumah sakit diliputi rasa kesakitan dan ketakutan. Bahkan ketika saya memikirkannya saat ini, sulit untuk menjelaskan membayangkan bagaimana saya dapat melalui fase tersebut," papar pebulu tangkis berumur 27 tahun tersebut.
Zheng/Huang dan Chen/Jia memerlukan waktu satu dekade untuk mewujudkan ambisi terbesar mereka. Seperti yang dikatakan Chen, "Mungkin perlu waktu sepuluh tahun untuk mencapai gelar ini."