Nah, apa pun bahasanya, di Indonesia, "ngulik" cabang olahraga bulu tangkis dipastikan sulit bertemu jalan buntu. Buktinya, meski pun dunia tengah dilanda pandemi, selalu ada hal-hal baru dan menarik yang dapat dipelajari, diusut, atau diselidiki, dari olahraga tepok bulu ini.
Begitu pula dengan euforia Olimpiade Tokyo 2020, turut menginspirasi PB Djarum untuk menghadirkan #NgulikOlympic, sebuah tayangan bincang-bincang mengenai bulu tangkis di ajang multi-cabang empat tahunan tersebut. Mantan atlet bulu tangkis nasional Yuni Kartika memandu tayangan di situs berbagi video YouTube itu.
"Hari ini saya mau kasih tahu kalau PB Djarum punya program yang namanya #NgulikOlympic, bareng saya Yuni Kartika. Pokoknya kita akan ngobrolin semua kegiatan yang berkaitan dengan cabang olahraga bulu tangkis di Olimpiade 2020 Tokyo," ujar Yuni, membuka episode pertama yang mengisi ranah maya pada Jum`at (23/7).
Bambang "Rudy" Roedyanto, Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri PP PBSI yang juga anggota Federasi Bulu Tangkis Dunia, adalah tamu perdana #NgulikOlympic. Banyaknya aturan baru yang muncul selaku syarat menggelar sebuah turnamen bulu tangkis di masa pagebluk, menjadi salah satu hal yang dibahas pada episode ini. Semisal, saat partai final atau perebutan medali perunggu, baik di nomor tunggal atau ganda, muncul kabar ada pemain yang dinyatakan positif Covid-19. Solusinya, masing-masing finalis atau calon peraih keping perunggu, secara otomatis berhak mendapatkan medali yang diperebutkan. Pertandingan dibatalkan.
"Terpaksa, dengan adanya pandemi, ada plan A, B, dan C, yang harus diterapkan. Bukan hanya terkait pandemi Covid-19 saja, tetapi juga seperti pandemi gempa bumi dan lain sebagainya," jelas pria kelahiran Pontianak, Kalimantan Barat, pada 3 Januari 1967 itu.
Episode yang diberi titel "Kalau Kedua Pemain Positif Covid Saat Mau Final Gimana?" itu mendapat sambutan positif dari warganet. Semisal, pemilik akun enc photo menuliskan pada dinding komentar, "Great work, Rudy!". Atau, "Ci yuni pinter banget, wawancaranya enakk," Lilya Titi, mengomentari sang pranatacara pada episode perdana tersebut.
Sejak episode pertama, #NgulikOlimpic konsisten menghadirkan berbagai topik menarik seputar bulu tangkis dan Olimpiade dengan beragam narasumber. Mereka antara lain, Harmono Yuwono, Debby Susanto, Rexy Mainaky, Sigit Budiarto, Nitya Krishinda Maheswari, Hendrawan, Christian Hadinata, Hariyanto Arbi, Imelda Wigoena, Vita Marissa, Liliyana Natsir, Moamar Qadafi, serta Victo Wibowo.
Selain para legenda dan pelatih bulu tangkis, #NgulikOlimpic juga menghadirkan istri Mohammad Ahsan, Christine Novitania, dan istri Hendra Setiawan, Sandiani Arief. "Ini adalah pengamat paling hebat untuk ganda putra andalan Indonesia, Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan," ujar Yuni, membuka episode yang diberi titel "Para Istri Cemburu, Setiap Melihat Hendra Ahsan Pelukan" itu.
Kepada warganet, para istri sempat curhat mengenai kegagalan meraih keping perunggu Tokyo 2020, serta masa depan "The Daddies" di gelanggang bulu tangkis. "Sebenarnya disayangkan, kita nggak bisa bawa pulang medali perunggu. Tapi itulah permainan, ada menang ada kalah. Belum rejekinya," ujar Christine. Sementara terkait masa depan Hendra, Sandiani berujar, "Kalau ngomongin Olimpiade berikutnya, berat ya. Nggak usah jauh-jauh dulu, kayaknya itu terlalu jauh. kita ngomongin yang terdekat aja. Sekarang kan masih banyak pertandingan dalam waktu dekat."
Ketika Yuni menanyakan peluang Hendra untuk kembali berkiprah di Olimpiade, perempuan berkaca mata ini menyatakan, "Waktu (Rio) 2016 saya mikir ini udah terakhir lho buat Hendra. Kalau 2024, kayaknya kok susah banget. 2024 Hendra umur 40 lho!".
Beragam topik yang hadir di #NgulikOlimpic lainnya mampu menyedot perhatian penonton di ranah maya. Seperti episode "Adik-Adik Putri, Jangan Ragu untuk Memilih Bulutangkis", bersama dua narasumber Vita Marissa dan Liliyana Natsir. Begitu pula dengan episode ke-13, ketika PB Djarum menghadirkan Moamar Qadafi, pelatih olimpian asal Guatemala Kevin Cordón.
Melalui episode yang berjudul "Ini Komentar Pelatih Kevin Cordón Soal Pertandingan Lawan Ginting!" ini, publik akhirnya mengetahui bahwa Qadafi adalah orang Indonesia, alumni PB Djarum, dan aktif sebagai pemain bulu tangkis sejak pertengahan tahun 90an hingga tahun 2000. Sebelum hijrah ke luar negeri sebagai menjadi pelatih, Qadafi sempat melatih di PB Djarum cabang Surabaya selama dua tahun, yang kemudian berlanjut menjadi asisten pelatih di Kudus.
Pada tahun 2005, Qadafi menerima ajakan untuk melatih di Peru. Ini merupakan pengalaman pertamanya melatih bulu tangkis di mancanegera. "Saat itu saya spekulasi saja, ambil risiko untuk menambah pengalaman melatih di internasional," kata Qadafi.
Saat kali pertama bersua dengan Cordón pada tahun 2007, Qadafi masih minim wawasan berkenaan program bulu tangkis di Guatemala. Usai beberapa bulan mendalami program latihan, Qadafi menilai Cordón memiliki kecepatan dan pukulan smes kuat. "Ini kalau dipegang dengan baik, suatu hari nanti bisa pemain yang besar di benua Amerika. Tapi kalau tetap di Guatemala, mungkin berat karena situasi dan kondisinya," tutur Qadafi, yang kembali dihubungi Cordón guna persiapan Tokyo 2020.
Cerita dari Qadafi atau Victo Wibowo yang telah melanglang buana ke berbagai negara selaku pelatih, merupakan kisah-kisah inspiratif bagi warganet, khususnya untuk para pecinta bulu tangkis. Prediksi, analisa, serta berbagai fakta seputar bulu tangkis Indonesia di Olimpiade dari Christian Hadinata dan Imelda Wigoena, turut memperkaya pengetahuan para pegiat bulu tangkis di Tanah Air.
Kehadiran belasan episode #NgulikOlimpic di YouTube terbukti mampu meretas jarak. Para tokoh bulu tangkis serta alumni PB Djarum yang bertebaran di berbagai negara saling berbagi cerita, pengalaman, ilmu, hingga bernostalgia. Ini adalah zaman di mana jarak secara virtual tak lagi menjadi ganjalan, terlebih di masa pandemi yang menuntut banyak orang mengurangi perjumpaan secara fisik.