Gregoria mengatakan bahwa dia banyak terbawa pola permainan lawan. “Game pertama saya kepancing permainan cepat lawan. Kepancing main cepat. Padahal itu tidak menguntungkan buat saya, karena lawan sepertinya memancing untuk main panjang. Sementara bola-bola saya banyak yang out. Saya ingin pengembalian bola-bola saya bisa menyusahkan lawan, tetapi malah jadi out dan mati sendiri,” kata Gregoria Mariska Tunjung dalam siaran pers National Olympic Committee (NOC) Indonesia.
Pada game kedua, semangat juang Gregoria sebetulnya sudah sangat baik. Meski tertinggal sejak awal, namun dia tidak mau lantas menyerah begitu saja dan berusaha mengejar perolehan poin. Tapi sayangnya, Ratchanok masih cukup tangguh untuk Gregoria.
“Pada game kedua, awalnya saya tak bisa atur irama permainan. Saat di pertengahan, waktu saya ketinggalan jauh, saya cuma berpikir, kalau pun kalah, saya gak mau kalah begitu saja. Pasti akan menyesal, apalagi jika tidak mencoba,” tuturnya.
“Karena seperti yang sebelumnya saya bilang, saya ingin Olimpiade ini menjadi pembuktian diri bahwa saya bisa. Tapi, saya jadinya merasa tertekan di lapangan sehingga permainan saya kurang berkembang. Padahal, saya ingin all-out karena ini Olimpiade, empat tahun sekali,” tutupnya.
Ini menjadi kekalahan kedelapan secara beruntun yang mesti dialami Gregoria setiap kali bentrok dengan Ratchanok. Bukan cuma itu, dengan hasil ini pula, maka tim bulutangkis Indonesia sudah kehilangan dua wakilnya. Sebelum Gregoria, ganda campuran Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti sudah lebih dulu meninggalkan Olimpiade Tokyo 2020.