Jonatan sebetulnya pernah menjejaki dua partai puncak di turnamen berlabel Super 750, yaitu Japan Open 2019 dan Fuzhou China Open 2019, Oktober lalu. Namun sayangnya, pada dua kesempatan itu ia harus puas finis sebagai runner up. Di Jepang Open, Jonatan kalah dari wakil tuan rumah, Kento Momota dengan skor 16-21 dan 13-21. Sementara di Fuzhou China Open, Jonatan menelan kekalahan 19-21 dan 12-21 dari tunggal putra Tiongkok, Chen Long.
“Iya memang masih penasaran dapat gelar di Super 500, ini target saya yang belum tercapai dari tahun lalu. Mungkin kalau dari target rangking tercapai, tahun lalu mau rangking empat sampai delapan besar, lalu hasilnya pas di tengah-tengah dapat rangking enam dunia,” kata Jonatan Christie.
Peraih medali emas Asian Games 2018 ini mengaku masih memiliki beberapa hal yang mesti ia latih untuk terus mendongkrak prestasinya. Salah satunya adalah melatih kemampuannya untuk bisa mengambil keputusan dalam penerapan strategi di lapangan.
“Sudah ada kesempatan di level Super 500 tapi memang lawannya nggak gampang. Saya mengakui harus banyak yang di-improve. Nggak banyak, tapi justru itu komponen yang penting. Mungkin dari stroke, fisik, imbang dengan lawan, tapi saat mainnya itu, bisa cepat mengubah permainan, ini yang paling penting,” jelasnya.
Jonatan sendiri baru akan melakoni laga perdananya di ajang Daihatsu Indonesia Masters 2020 BWF World Tour Super 500 pada Rabu (15/1). Di babak pertama, Jonatan akan berhadapan dengan tunggal putra India, Prannoy H.S. Ia berharap bisa tampil maksimal dan memberikan hasil terbaik demi menjaga asa untuk lolos ke Olimpiade Tokyo 2020 mendatang.
“Harapan terbesar di tahun 2020 adalah lolos kualifikasi olimpiade, ini target utama saya dari tahun lalu. Sekarang tinggal seperempat jalan lagi sampai April, tinggal beberapa turnamen lagi. Sebisa mungkin ambil banyak poin supaya bisa dapat status unggulan di olimpiade, jangan sampai nggak jadi unggulan, tahu-tahu ketemu unggulan di babak awal, ini yang mau saya hindari,” pungkasnya.