Sebaliknya, Endo/Watanabe justru harus menelan enam kekalahan dari delapan pertemuan dengan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Tapi, pada pertemuan terakhir mereka di babak perempat final All England 2020 BWF World Tour Super 1000, Maret lalu, Endo/Watanabe berhasil mencuri kemenangan atas The Daddies dalam permainan dua game langsung dengan skor 21-19 dan 21-18.
Walau sudah berhasil mengalahkan dua ganda putra terbaik dunia saat ini, Watanabe enggan besar kepala. “Ya benar, kami memang berhasil mengalahkan dua pasang ganda putra terbaik Indonesia. Tapi gap-nya nggak jauh. Walaupun bisa menang, tapi kami merasa tidak mengalahkan dua ganda putra itu (The Minions dan The Daddies, Red) dengan mudah,” kata Yuta Watanabe dalam bincang-bincang virtual di kanal Youtube Badminton TV.
“Ini langkah besar buat kami. Karena dari segi pengalaman, dua ganda putra Indonesia itu lebih berpengalaman dari kami,” lanjutnya menambahkan.
Meski punya catatan positif, namun ganda putra peringkat lima dunia itu tetap memuji kualitas dua ganda putra Indonesia, Kevin/Marcus dan Hendra/Ahsan. “Walaupun ada tekanan karena lebih diunggulkan, tapi mereka tetap bisa bermain normal. Kami merasa posisi kami lebih nothing to lose. Jadi kami terus memberikan tantangan untuk dua ganda putra Indonesia yang merupakan pasangan terbaik dunia. Kami tidak ada tekanan sama sekali menghadapi mereka,” tuturnya.
“Kami juga merasa mereka jauh lebih bagus dari kami. Walaupun kami sudah mengalahkan mereka, tapi saya pribadi merasa tidak lebih baik dari Kevin/Marcus dan Hendra/Ahsan. Saya masih merasa mereka lebih hebat,” sambungnya.
Lalu, siapa yang paling sulit dikalahkan, The Minions atau The Daddies? Watanabe mengaku sulit untuk menjawab pertanyaan itu. “Dua-duanya sangat sulit dikalahkan. Tapi menurut saya, Kevin/Marcus (lebih sulit dikalahkan, Red) daripada Daddies (Hendra/Ahsan). Apakah tidak apa-apa saya sebut mereka Daddies? He he he,” tandas Watanabe.